Kesabaran itu tiada batasannya, manusia sendirilah yang acapkali membatasinya

Rabu, 20 November 2013

ATHEISME, BENTUK-BENTUK DAN CARA MEMBANTAHNYA

Print Friendly and PDF
Atheisme sering dikatakan sebagai paham yang tidak mempercayai Tuhan, baik itu keberadaannya maupun perannya dalam kehidupan manusia. Sulit untuk merunut sejak kapan paham ini ada di muka bumi. Walaupun demikian, banyak orang yang mengklaim bahwa dirinya atheis. Atheisme mulai diberikan landasan rasional ilmiah ketika Ludwig Feuerbach menerbitkan karyanya The Essence of Christianity dan melakukan kritik agama khususnya agama Kristen.
Atheisme model Ludwig Feuerbach adalah filsafat model “tak lain daripada…”. Hal ini karena pemikiran yang diajukan hanya melihat sesuatu dibalik/dibelakang masalah yang dibicarakannya. Bukannya secara jujur mengungkapkan kebenaran dan kesalahan dari agama tapi langsung masuk kedalam adanya sesuatu di balik layar dari agama itu : “bahwa agama tak lain daripada….”. Landasan filosofis ini sering disebut dengan nama Reduksionisme.
Dalam tulisan ini saya hanya mengungkapkan 4 landasan berpikir para pemikir aliran utama atheisme, tentunya dengan penjelasan singkat ala kadarnya. Keempat pemikiran itu, yang mempelopori filsafat kritis terhadap agama, adalah Ludwig Feuerbach, Sigmund Freud, Friederich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre.
1.    Atheisme Materialistik (karl Vogt, Huxely dan Lamettra.)

Wujud segala sesuatu dipandang dari materi dimana segala sesuatunya bias ditangkap atau diraba,dipegang,disentuh,dicium dan seterusnya. Hakikatnya alam ini adalah materi atau benda.jiwa dan pikiran adalah materi hanya saja sangat halus berbeda dengan materi yang lain. Dan menurut mereka segala sesuatu yang tidak materi itu tidak ada. Tuhan bukan materi, Tuhan tidak bias dilihat,ditangkap,diraba disentuh, dirasa dan diindera oleh manusia.
Jenis atheisme ini merupakan jenis yang paling kuno, Penganut atheisme ini sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad saw berdakwah di Mekkah. Dalam Al-Qur’an surah Al Jaafsiyah ayat 24 menjelaskan bahwa Mekkah ada golongan yang tidak percaya adanya Tuhan dan hari kiamat. Mereka mengatakan : “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada pula yang membinasakan kita selain masa!”
Perkataan mereka bahwa “kehidupan ini tidak lain hanyalah di dunia saja. Adalah pengingkaran terhadap kehidupan di hari kemudian, hari
di mana manusia dibangkitkan dari kematian. Kenapa mereka tidak percaya? Karena itu tadi, mereka berlandaskan pada materi yang bisa dilihat, diraba dan diindera. Menurut mereka alam itu ya alam dunia ini yang pada hakikatnya adalah
materi. Di dunia inilah terjadi kehidupan dan kematian. Tidak ada alam selain dunia ini. Kematian dan kehidupan menurut mereka terjadi begitu saja sesuai hukum alam. Menurut mereka, mereka mati begitu saja. Yang mematikan adalah masa atau waktu. Mereka mengatakan, 'Tidak ada yang membinasakan kita selain masaV Ini berarti, secara terang-terangan mereka tidak mengakui adanya Tuhan yang berkuasa menghidupkan dan mematikan.

Atheisme Materialisme Mencuat pada Abad ke-17 dan ke-19 tokohnya : karl Vogt, Huxely,dll. Karl Vogt pernah mengatakan : Otaklah yang melahirkan kehidupan ini, melahirkan pikiran sebagaimana ginjal melahirkan air seni. Maksudnya, tidak ada wujud selain daripada materi. Tuhan bukan materi, kata Vogt. Jadi ia tidak ada."

Alasan para penganut faham materialisme itu sangat lemah. Pada kenyataannya manusia mengakui adanya sesuatu yang bukan materi. Misalnya hukum. Hukum itu non materi. Dan hukum itu ada. Diakui semua manusia termasuk para pengikut materialisme. Contoh lain adalah ide. Siapa bisa mengindera ide? Ide diakui ada
begitu saja dalam pikiran manusia. Ide. Tapi ide itu ada. Juga spirit. Spirit ada begitu saja, masuk dalam jiwa manusia. Sama seperti ide, spirit tidak bisa dilihat, disentuh, dicium atau dirasa dengan panca indera. Tapi spirit itu ada, tak ada yang mengingkarinya."

"Contoh lainnya lagi 'waktu. Siapa bisa melihat waktu? Waktu bukan benda. Bukan materi. Tidak bisa ditangkap indera manusia. Dengan kamera secanggih apa pun manusia tidak bisa memotret waktu, bentuknya seperti apa. Sebab waktu memang bukan benda, bukan materi. Tapi waktu itu ada, tak ada yang menyangkalnya.
Otak manusia meyakini begitu saja waktu itu ada. Jadi, banyak sekali hal-hal yang non materi yang diakui keberadaannya oleh manusia. Jika mereka bisa mengakui adanya hukum, ide, spirit dan waktu yang bukan materi, yang tidak bisa ditangkap panca indera, kenapa mereka mengingkari adanya Tuhan? Jadi, alasan mereka mengingkari adanya Tuhan itu sangat lemah. Tuhan itu ada, sebagaimana waktu ada. Bahkan, Tuhanlah yang menciptakan waktu dan segala yang ada!"


2. Atheisme Psikologi (Sigmund Freud dan Ludwig Van Feuerbach)

Sigmund Freud adalah seorang psikiater yang menciptkan dan mengembangkan metode Psikoanalisis. Suatu metode/teori yang kemudian menjadi salah satu aliran besar dalam psikologi. Sedangkan Feuerbach adalah orang yang pertama kali memberikan landasan rasional ilmiah terhadap atheisme. Dia juga adalah salah satu pendukung filsafat dialektis Hegelian.
Psikologi semestinya dapat menguatkan iman seseorang tentang keberadaan Tuhan. Karena psikologi adalah penjelajahan perasaan, batin dan jiwa manusia. Namun untuk satu ini bukanlah seperti itu namun suatu paham yang tidak meyakini adanya Tuhan melalui penghayatan ilmu jiwa atau psikologi. Tuhan diyakini hanya semacam proyeksi dari rasa sakit psikologis, sehingga manusia membutuhkan sosok yang adi kodrati sebagai tempat berlindung kegelisahan psikisnya. Persis seorang anak yang merintih meminta perlindungan pada ayahnya.
Menurut Sigmund Freud dan Ludwig Van Feuerbach yang merupakan ahli psikologi Jerman pada abad ke-19.“Mereka berdua mengingkari Tuhan dengan alasan psikologi. Menurut mereka bertuhan adalah jiwa kekanak-kanakan yang dibawa hingga dewasa. Menurut Freud, saat kecil manusia lemah. Ia mengalami banyak kekurangan untuk memenuhi kebutuhannya. Meja begitu tinggi bagi seorang bocah. Ia tidak bisa menggapai benda di atasnya. Kursi terasa berat, ia tidak kuat mengangkatnya. Ia melihat ayahnya bisa melakukan apa saja. Mengambil benda di atas meja. Mengangkat kursi. Begitu mudah. Ia kagum pada ayahnya. Ayahnya ia lihat mahakuasa. Ia menjadi sangat memerlukan ayahnya. Ketika anak itu sudah dewasa ia menciptkan Tuhan dalam benaknya. Tuhan yang ia sebut dalam doanya untuk memenuhi keinginan-keinginannya. Persis waktu ia kecil dulu saat minta pada ayahnya. Jadi Tuhan, menurut Freud, hanya rekayasa manusia saja untuk ia jadikan tempat bertumpu atas segala keinginannya. Freud mengingkari adanya Tuhan dengan alasan seperti itu. Agama menurut Freud dan Freuebach hanya cerminan keinginan manusia.”
Untuk jenis dari atheisme ini dari awal sampai akhir lemah, dasar falsafah mereka juga lemah. Kita tanya pada anak-anak kecil di sekitar kita tentang Tuhan, mereka akan menjawab Tuhan itu ada.
Jadi pengalaman psikologi seperti yang digambarkan Freud sangat jauh dari kebenaran. Freud menggambarkan, ketika orang sudah dewasa dia menciptakan Tuhan dalam benaknya. Yaitu Tuhan yang dia sebut dalam doanya untuk memenuhi keinginan-keinginannya. Persis waktu ia kecil dulu saat minta tolong ayahnya. Ini sungguh gambaran yang sangat lucu sekali. Bagaimana dengan orang yang sejak kecil telah mengenal Tuhan, dan mengakui Tuhan itu ada? Atau bagaimana dengan anak yatim piatu yang tidak punya bapak dan tidak punya ibu. Hidup sebatangkara sejak kecil, namun ketika dewasa mengakui adanya Tuhan. Apakah Tuhan yang diakuinya terlahir dalam benaknya sekadar untuk memenuhi keinginan-keinginannya, persis waktu ia kecil dulu saat minta tolong ayahnya. Bagaimana ia punya pengalaman minta tolong pada ayahnya padahal ia tidak punya ayah?"
Freud dan Feuerbach sama-sama meyakini bahwa agama tak lain hanyalah cerminan keinginan manusia. Karenanya, agama juga khayalan otak manusia belaka. Pertanyaannya, benarkah agama itu merupakan keinginankeinginan? Kodrat manusia menghendaki terpenuhi secara baik kebutuhan jasmani dan ruhaninya. Nafsu seks manusia menghendaki perhenuhan dengan wanita mana saja tanpa batasan atau larangan. Demikian pula nafsu perutnya. Tetapi agama melarang pemenuhan demikian.
Manusia wajib memenuhi tuntutan perut dan seksnya dengan beberapa aturan. Manusia wajib menjaga dorongan seksnya. Manusia tidak boleh melampiaskan keinginan seksnya kecuali pada pasangannya yang sah. Manusia tidak boleh mengisi
perutnya kecuali dengan yang halal. Manusia harus mengerjakan shalat, puasa, membayar zakat, shadaqah dan itu bukan suatu keinginan. Tapi kewajiban dan tuntutan yang diajarkan agama.
Jika manusia merupakan keinginan, mengapa banyak rasul yang membawa agama itu justru menderita, disingkirkan, diteror, bahkan ada yang dibunuh. Jika agama cerminan keinginan, seharusnya semua rasul diterima dengan penuh sukacita oleh kaumnya. Kenyataannya adalah sebaliknya. Jadi tidak benar agama merupakan keinginan-keinginan. Dan tidak benar anggapan Tuhan hanya rekaan benak manusia. Tuhan
memang benar-benar ada. Dan agama yang benar seperti Islam adalah agama yang diwahyukan Tuhan. Bukan cermin keinginan-keinginan manusia!"

3.   Atheisme Marxisme (Karl Marx)

Pencetusnya adalah Karl Marx. kemudian diteruskan oleh Lenin dan dikukuhkan oleh stalin dan seterusnya. Marxisme yang melahirkan komunisme juga pernah hidup dan berkembang di Indonesia dimana hal ini menjadi ideologi yang dijiwai olehPartai Komunis Indonesia atau PKI yang hamper meruntuhkan Republik Indonesia dengan pemberontakan G-30/SPKI tahun 1965.
Karl Marx menggabungkan atheisme materialism dan atheism psikologi. Ia terang terangan memusuhi Tuhan dan agama. Agama yang dianggap sebagai candu yang meninabobokan
manusia kepada kehidupan khayali. Agama adalah khayalan manusia yang gagal membangun surga  dunia. Lalu ingin membangun surga di akhirat.
Marxisme yang dibawa olehnya mengajak manusia untuk mendirikan surga dunia karena dunia adalah segalanya.
 Pernyataannya itu tidak berlaku untuk semua agama, terutama Islam. Islam itu tidak hanya membangun kebahagiaan di akhirat, tetapi juga kehidupan di dunia. Bahkan dunia ini dijadikan sebagai ladang kebahagiaan akhirat.
 "Rasul Islam yaitu Muhammad Saw. Menyeru kepada umatnya untuk bekerja keras membangun kejayaan duniawi, sebagaimana menyeru umatnya beribadah sebaik-baiknya untuk membangun surga ukhrawi. Islam sendiri dengan terang dan tegas memerintahkan pemeluknya agar berkerja untuk dunianya seakan-akan mereka akan hidup selamanya, dan beribadah untuk akhiratnya seolah-olah^ mereka akan mati besok pagi!'
"Dalam hadis yang lain Rasul memberitahukan, seseorang yang bekerja untuk anak-anaknya, maka pahalanya sama dengan berjuang di jalan Allah. Beliau juga menjelaskan, harta yang diinfakkan untuk jihadfi sabilillah, harta yang digunakan untuk memerdekakan budak, harta yang diberikan pada fakir miskin dan harta yang dibelanjakan untuk keluarga, di antara semua itu, maka yang paling besar keutamaannya adalah harta yang dibelanjakan untuk keluarga. Betapa Islam mengajak manusia mencapai kebahagiaan dunia. "Lalu Rasulullah menegaskan, 'Dunia adalah ladang akhirat!' Kaitan dunia dengan akhirat begitu eratnya. Yang dipetik di akhirat adalah apa yang ditanam di dunia. Tanpa keberhasilan seseorang menempatkan dirinya di dunia ia tidak akan berjaya di akhirat. Islam mengajarkan keseimbangan dunia dan akhirat. Tidak boleh ada yang timpang salah satunya. Begitu Islam mengajarkan."

3. Atheisme Optimisme ( Friederich Nietzsche).

Whiter is God, ‘he cried. ‘I shall tell you. We ahve killed Him-you and I. All of us are murderers…God is dead. God remain dead. And we have killed him…” (Friederich Nietzsche, The Gay Science, 1882).
Kutipan diatas adalah salah satu pernyataan Nietzsche dalam bukunya. “God is Dead” yang dikatakan oleh Nietzsche bukanlah pengertian Tuhan secara literal. Jika Tuhan telah mati berarti pada suatu saat Tuhan pernah ada. Apa yang dinyatakan oleh Nietzsche adalah kematian keagamaan di Eropa. Pengertian God is Dead adalah Tuhan dalam konteks kekristenan di Eropa. Bahwa kepercayaan terhadap Tuhan (pada saat itu adalah Kristen) adalah kepercayaan yang salah. Tuhan tidaklah lagi dapat dipercayai, dan oleh karena itu Dia telah mati, dan seandainya Dia belum mati, adalah tugas manusialah untuk membunuhnya (and we have killed him…).
Pandangan Nietzsche melegitimasi pandangan dalam bidang keilmuan (science) bahwa ilmu pengetahuan akan mengeluarkan Tuhan dari ranah kehidupan manusia. Filsafat, ilmu pengetahuan, politik dan bidang-bidang lain akan memperlakukan Tuhan sebagai sesuatu yang tidak relevan dan tidak humanis.
Dan tentu saja pemikiran Nietzsche samasekali tidak benar. Bagaimana membuktikan
pemikiran Nietzsche samasekali tidak benar?
Mudah saja, begini, Nietzsche begitu optimis akan mukjizat ilmu pengetahuan yang dengan kekuatannya menusia dapat menguasai alam, dan bila demikian, maka Tuhan tidak diperlukan lagi. Benarkah ilmu pengetahuan dapat menjanjikan optimisme yang diyakininya bahwa manusia akan dapat menguasai alam?  Tidak diragukan lagi, manusia dengan ilmu dan teknologinya telah mencapai kemajuan yang luar biasa. Sekali peristiwa terjadi di ujung dunia, pada saat yang sama dapat dimonitor pada ujung
dunia yang lain. Sekali gagang telpon diangkat, komunikasi antarbenua dapat terlaksana. Manusia telah berhasil melakukan cangkok ginjal, cangkok jantung dan bahkan mampu menggandakan makhluk hidup dengan cara cloning. Berbagai penyakit berbahaya seperti TBC, infeksi, raja singa bisa diatasi. Manusia merasa semakin maju ilmu pengetahuan dan teknologinya, semakin kecil masalah yang tidak bisa diatasinya,
sehingga pada suatu saat akan sampai pada batas di mana semua masalah akan dapat diatasi.

Tetapi apa yang terjadi tidaklah demikian. Batas di mana manusia ingin mencapainya ternyata selalu mundur sejalan dengan kemajuan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan. Suatu masalah dapat ditangani, masalah lain muncul.

Demikianlah! Maka selamanya manusia tidak akan dapat mencapai batas itu. Ilmu pengetahuan tidak dapat mendeteksi kapan persisnya gempa terjadi. Kalau pun bisa mendeteksi, tetap saja ilmu pengetahuan tidak dapat menolak terjadinya
gempa. Demikian pula untuk selamanya manusia tidak akan melepaskan diri dari ketuaan dan kematian. Kenyataan ini menyadarkan dia sebagai makhluk lemah. Membawa dia kepada keyakinan akan adanya suatu Dzat yang kuasa sepenuhnya, yang dapat mengobati segala penyakit. Yang dapat menghidupkan dan mematikan. Yang tidak terbatas kekuasaannya. Tidak terpengaruh oleh waktu. Yang kekal abadi tidak terkalahkan oleh kematian, sebab Dialah pencipta kematian. Dialah Tuhan! Dialah Allah,Tuhan seru sekalian alam.

Jadi hanya orang gila yang mengatakan Tuhan telah mati atau telah sirna. Sebagaimana sejarah mencatat Nietzsche pada akhirnya adalah gila. Dia mati mengenaskan dalam keadaan gila! Tak ada yang membantah kenyataan ini. Maka agar kalian tidak gila, kalian jangan mengikuti Nietzsche!"

4. Atheisme Eksistensialisme (Jean-Paul Sartre)
Sartre adalah salah satu tokoh terkemuka dalam Filsafat Eksistensialis. Dia adalah orang yang pertama kali menyatakan bahwa eksistensi mendahului esensi. Atheisme adalah salah satu inti dari filsafat Sartre.
Sartre menolak konsep tentang Tuhan karena konsep Tuhan berisi kontradiksi dalam dirinya sendiri (self-contradiction). Sartre mendefinisikan Tuhan sebagai konsep yang being-in-itself-for-itself. Konsep Tuhan sebagai in-itselfmemproposisikan bahwa Dia adalah eksis, sempurna dalam dirinya sendiri, dan secara total tidak relevan. Sedangkan konsep for-itself memformulakan bahwa Dia adalah bebas secara sempurna dan tidak terikat terhadap apapun. Kesimpulan logika haruslah menolak konsep seperti ini karena konsep ini berisi kontradiksi dalam dirinya. (Jean-Paul Sartre, Being and Nothingnes : An Essay in Phenomenological Onthology, 1943).
Selain itu, konsep keberadaan Tuhan membatasi kebebasan dan eksistensi manusia. Konsep Tuhan diadopsi oleh manusia untuk memberiarti dunia ini. Manusia menemukan konsep ini untuk menerangkan sesuatu yang tidak dapat diterangkan (explain the unexplainable). Konsep Tuhan adalah keinginan manusia untuk memenuhi ketidaksempurnaan dan ketidakmampuannya.
Ya, kira-kira begitulah pendapat yang dikemukakan oleh Jean-Paul Sartre. Allohu a’lam…..



Semoga bermanfaat…… dan kita terhindar dari pemikiran-pemikiran atheisme dan furu’-nya.

Karena ia ada mengintai kita==============seperti angin kematian yang siap berhembus

Menyesatkan jiwa-jiwa yang hampa===========kosong dari belaian air suci kehidupan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar